loading…
Pernyataan obesitas yang diungkap Menkes menjadi sorotan Ke media sosial. Foto: ChatGPT
Pernyataan tersebut terungkap Di Menkes BGS berbicara Ke Jakarta, Rabu (14/5/2025). Di nada terus terang, beliau mengingatkan pentingnya menjaga lingkar perut ideal. “Lingkar perut Laki-laki (penting Untuk) masih Ke bawah 90 cm. Perempuan masih Ke bawah 80 cm. Aku Ke sini udah hapal, sudah lihat siapa yang Di, siapa yang Ke bawah. Menterinya aja masih Ke atas nih masih agak obesitas,” ujarnya, tak segan menyentil diri sendiri Untuk konteks permasalahan yang serius ini.
Sebagai informasi dasar, obesitas memang diakui sebagai Gangguan akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Akan Tetapi, Untuk mendiagnosis obesitas secara akurat, dibutuhkan pengukuran yang tepat dan terstandar.
Merujuk Di pedoman Di Organisasi Kesejajaran Dunia (WHO), seseorang Mutakhir dikatakan Merasakan obesitas jika nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) mereka mencapai lebih Di 30. Untuk Situasi normal, IMT seseorang berada Ke kisaran 18,5-24,9.
Diagnosis kelebihan berat badan dan obesitas sendiri ditegakkan Melewati pengukuran berat badan (Untuk kilogram) dibagi Di kuadrat tinggi badan (Untuk meter persegi). IMT menjadi penanda pengganti Untuk mengidentifikasi kegemukan, dan pengukuran tambahan seperti lingkar pinggang dapat membantu meneguhkan diagnosis obesitas.
Data Di WHO Di 2022 Menunjukkan angka yang mencengangkan: Disekitar 16 persen orang dewasa berusia 18 tahun Ke atas Ke seluruh dunia Merasakan obesitas. Lebih mengkhawatirkan lagi, prevalensi obesitas Ke seluruh dunia Meresahkan lebih Di dua kali lipat Antara tahun 1990 dan 2022! Sebuah Tren yang menggambarkan betapa seriusnya ancaman obesitas Untuk Kesejajaran Dunia.
Untuk banyak Perkara Hukum Hukum, obesitas bukanlah Gangguan tunggal, melainkan hasil Keterlibatan kompleks Antara lingkungan obesogenik (lingkungan yang memicu obesitas), faktor psikososial, dan varian genetik. Akan Tetapi, Di sebagian kecil pasien, penyebab utama tunggal dapat diidentifikasi, seperti efek Di Terapi-obatan, Gangguan tertentu, imobilisasi, prosedur iatrogenik (akibat tindakan medis), atau Gangguan monogenik/sindrom genetik.
Lingkungan obesogenik, Di ketersediaan Konsumsi tinggi kalori dan rendah Konsumsi Bergizi serta Cara Hidup sedenter, Lebih memperburuk kemungkinan obesitas Di individu. Ironisnya, kurangnya respons sistem Kesejajaran yang efektif Untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan penumpukan lemak Di tahap awal justru mempercepat perkembangan Ke obesitas yang lebih parah.
Data tahun 2021 Malahan mencatat dampak mengerikan Di IMT yang lebih tinggi Di optimal: diperkirakan menyebabkan 3,7 juta kematian akibat Gangguan tidak menular (PTM), termasuk Gangguan kardiovaskular, diabetes, kanker, gangguan neurologis, Gangguan pernapasan kronis, dan gangguan pencernaan. Angka ini menjadi alarm Untuk pentingnya Pra-Penanganan dan pengelolaan obesitas.
Lantas, bagaimana cara mencegah dan mengelola obesitas? Berdasarkan keterangan resmi Di RS Soeradji Tirtonegoro, ada beberapa langkah Kunci yang bisa dilakukan:
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Pria Bercelana 33 Inci Umur Lebih Pendek? Bongkar Fakta Obesitas yang Lebih Mengerikan!