Jakarta –
Cuci darah atau hemodialisis merupakan sebuah prosedur Penanganan yang dilakukan Ke pasien gagal ginjal. Prosedur ini berfungsi Untuk ‘menggantikan’ sebagian atau seluruh fungsi ginjal Untuk menyaring dan membuang limbah secara berlebih Untuk Untuk darah.
Ketika ginjal sudah tidak dapat berfungsi Di baik, limbah dan cairan Berencana menumpuk Untuk tubuh, maka prosedur inilah yang berperan. Selain hemodialisis, cuci darah juga dapat dilakukan Melewati metode Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) atau ‘cuci darah’ Melewati perut.
Spesialis Gangguan Untuk dr Rudy Kurniawan, SpPD mengatakan bahwa pengidap gagal ginjal memang harus menjalani prosedur cuci darah. Hal ini diakibatkan Di kinerja ginjal pasien yang sudah tidak berfungsi Di baik dan berisiko menimbulkan berbagai masalah Kesejaganan serius.
“Tanpa cuci darah, limbah dan racun Berencana terus menumpuk Untuk tubuh, yang dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti tekanan darah tinggi, anemia, tulang rapuh, kerusakan saraf, dan Justru kematian. Lain halnya Di Situasi akut atau, belum tentu membutuhkan hemodialisis seumur hidup,” ucap dr Rudy ketika dihubungi detikcom, Jumat (26/7/2024).
dr Rudy mengatakan pasien gagal ginjal kronis memang harus menjalani prosedur cuci darah seumur hidup. Berbeda jika Merasakan gagal ginjal akut yang dapat pulih Sesudah sumber kerusakan Untuk ginjal ditangani.
Sebagai informasi, gagal ginjal akut merupakan kerusakan ginjal yang terjadi secara tiba-tiba, umumnya hitungan hari atau jam. Sedangkan gagal ginjal kronis merupakan kerusakan ginjal yang terjadi Untuk waktu jangka panjang.
Biasanya gagal ginjal kronis tidak disebabkan Di satu faktor, melainkan kombinasi Untuk berbagai faktor risiko.
Transplantasi ginjal sampai sekarang masih menjadi prosedur Penanganan gagal ginjal terbaik. Ginjal Terbaru yang ditransplantasikan Hingga tubuh pasien dapat menjalankan fungsinya sebagai ‘penyaring’ darah agar pasien tidak perlu lagi menjalani cuci darah.
“Ginjal yang ditransplantasikan dapat menjalankan fungsi normal seperti menyaring darah dan Mengintroduksi limbah Untuk tubuh, yang tidak bisa dilakukan Di ginjal yang rusak,” katanya.
“Tetapi, mereka harus mengonsumsi Terapi imunosupresan seumur hidup Untuk mencegah penolakan organ,” sambung dr Rudy.
dr Rudy mengatakan prosedur ini dapat Meningkatkan Mutu hidup pasien. Berdasarkan studi yang diterbitkan Di Clinical Journal of the American Society of Nephrology, Mutu hidup pasien Meresahkan 40-60 persen Sesudah menjalani transplantasi dibandingkan mereka yang menjalani cuci darah.
Samping Itu, dr Rudy mengatakan bahwa prosedur transplantasi juga dapat Menyediakan kemungkinan harapan hidup yang lebih panjang.
“Jika transplantasi ginjal berhasil, pasien bisa berhenti menjalani cuci darah total,” tandasnya.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Apakah Pasien Gagal Ginjal Kronis Harus Cuci Darah Seumur Hidup?