Trend Populer manusia gua Di Jombang bikin warga setempat resah. Sosiolog Unair pun bilang jika itu tindakan yang irasional.
Trend Populer Sudarmaji, pria yang hidup menyendiri Hingga Di gua Anggas Wesi Jombang Pada puluhan tahun Menarik Perhatian perhatian publik. Keberadaan Sudarmaji ternyata juga meresahkan warga setempat.
Keresahan itu dilontarkan Bersama pasangan suami istri Sakri (76) dan Poniyem (50), penduduk Hutan Watuseno yang rumahnya paling Didekat Bersama Gua Anggas Wesi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keberadaan manusia gua, yaitu Sudarmaji membuat Gua Anggas Wesi kumuh. Selain menyebabkan gua menjadi kumuh, orang-orang penghuni gua Anggas Wesi ini juga tak begitu jelas asal-usulnya.
Sudarmaji disebut Sukri sudah puluhan tahun menghuni gua tersebut. Menurut dia, pihak Perhutani pernah menegur, Malahan merelokasi Sudarmaji Di gua. Tetapi, permintaan itu hingga kini tak diindahkan.
“Bersama mandor, mantri Perhutani (Sudarmaji) sudah dilarang Hingga situ, Lantaran lokasinya kotor dan bau, Agar tamu menjadi berkurang,” kata Sakri.
Sosiolog Unair Buka Suara
Bagi sebagian orang, pilihan hidup Sudarmaji Disorot aneh, Malahan misterius. Tetapi Bagi sosiolog, Trend Populer ini merefleksikan sisi lain Di realitas sosial manusia modern.
Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Prof. Dr. Bagong Suyanto, menilai bahwa tindakan isolasi ekstrem yang dilakukan Sudarmaji bukanlah bentuk penolakan Di Kelompok, melainkan jalur alternatif Sebagai mencari jalan keluar Di permasalahan hidup yang tidak dapat diselesaikan secara rasional.
“Seseorang yang merasa tindakan rasional tidak menyelesaikan masalah, maka jalan keluar yang dipilih biasanya tindakan irasional, termasuk yang berhubungan Bersama hal-hal supranatural,” ujar Prof. Bagong, Senin (10/11).
“Ini bukan adaptasi, bukan pula penolakan. Melainkan pilihan,” tegasnya.
Menurutnya, ketika individu merasa tidak lagi menemukan solusi Hingga ranah sosial atau ekonomi, mereka cenderung mencari makna Terbaru Melewati jalur spiritual atau mistik. Di Perkara Hukum Hukum Sudarmaji, gua menjadi simbol ruang transendensi tempat seseorang Melakukanlangkah-Langkah keluar Di tekanan dunia rasional.
Sudarmaji diketahui berasal Di Boyolali, Jawa Ditengah. Bagi Prof. Bagong, perpindahannya Hingga Jombang dan hidup menyendiri Hingga gua bisa dibaca sebagai bentuk disintegrasi sosial Di komunitas asalnya. Tetapi ia menekankan, perilaku semacam ini tidak bisa dinilai Bersama ukuran sosial umum.
“Menilai Sudarmaji tidak bisa pakai ukuran kita. Menyendiri justru merupakan pilihan hidupnya,” katanya.
Ia menegaskan, keputusan ekstrem seperti itu biasanya lahir Di dorongan personal, bukan tekanan sosial langsung. “Ini murni perilaku individu,” lanjutnya.
Lokasi Gua Anggas Wesi yang berada jauh Hingga pedalaman hutan membuat posisi sosial Sudarmaji Lebih unik. Di pandangan Prof. Bagong, jarak fisik yang ekstrem ini turut menciptakan jarak sosial Ditengah Sudarmaji dan Kelompok Disekitar.
“Bagi orang awam, laku Sudarmaji bukan tidak Bisa Jadi malah Disorot sebagai tuah, Agar dia justru disegani,” jelasnya.
Tetapi, ia tak menutup kemungkinan munculnya persepsi Sebagai Alternatif. “Perilaku Sudarmaji Bisa Jadi dinilai aneh. Bagi warga yang tidak memahami konteksnya, kehadirannya bisa Disorot mengganggu,” imbuhnya.
Perlu Antisipasi Agar Tidak Terulang
Prof. Bagong mengingatkan pentingnya langkah antisipasi sosial agar Trend Populer serupa tidak berkembang tanpa kendali.
“Memang harus diantisipasi kemungkinan penambahan manusia yang tinggal Hingga gua. Perlu tetua desa berbicara,” katanya.
Ia menilai, peran Kelompok lokal dan figur sosial menjadi penting sebagai mediator Ditengah warga dan para “penghuni gua” agar tidak terjadi gesekan sosial.
Yang Terkait Bersama kemungkinan intervensi Di pemerintah Area, Prof. Bagong menekankan bahwa pendekatan sosial harus dilakukan secara etis dan tidak memaksa. “Kalau pendekatan Negeri, sebaiknya melibatkan tetua adat,” ujarnya.
Tetapi jika tidak ada tokoh adat, ia menilai proses observasi sosial perlu dilakukan secara perlahan agar motif spiritual atau kamuflase yang Bisa Jadi ada dapat terungkap tanpa melanggar hak individu.
“Kalau hanya kamuflase, pasti pelan-pelan Berencana terbongkar,” tambahnya.
Di Perkara Hukum Hukum isolasi ekstrem Sudarmaji, Prof. Bagong menyimpulkan bahwa Trend Populer ini mencerminkan kebutuhan manusia Berencana ruang pribadi Hingga Ditengah tekanan sosial modern yang serba terhubung.
“Orang yang memilih keluar Di lingkaran sosialnya memang tidak lazim. Hidup soliter biasanya tidak menyenangkan,” tuturnya.
Meski demikian, Trend Populer ini sekaligus menjadi cermin bahwa tidak semua individu mampu Menyesuaikan Bersama cepat Di kompleksitas sosial zaman sekarang sebagian memilih jalur sunyi sebagai ruang pelarian dan pencarian makna Terbaru.
———
Artikel ini telah naik Hingga detikJatim.
Halaman 2 Di 2
Simak Video “Video: Trend Populer Manusia Gua Jombang, 60 Tahun Hidup Hingga Pedalaman Hutan“
(wsw/wsw)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Kata Sosiolog Unair soal Trend Populer Manusia Gua Di Jombang yang Bikin Resah











