Jakarta –
Peristiwa Pidana kusta kembali muncul Di Rumania Setelahnya 44 tahun. Rupanya teridentifikasi Ke dua warga Bangsa indonesia (WNI) yang bekerja Di salah satu tempat spa.
Kementerian Kesejaganan RI sudah berkoordinasi Bersama otoritas Kesejaganan Bangsa Yang Berhubungan Bersama, Sebagai memulangkan kedua WNI agar menjalani Terapi Lebih Jelas Di Indonesia. Laporan didapat Ke awal Desember 2025. Belakangan diketahui, penularan dua WNI tersebut terjadi Di Bali, yakni terinfeksi Bersama ibunya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apakah kusta mudah menular?
Kusta atau lepra masih kerap disalahpahami sebagai Gangguan yang sangat menular. Padahal, Organisasi Kesejaganan Dunia (WHO) menegaskan kusta tidak mudah menular dan bisa sembuh total jika diobati Bersama benar Dari dini.
Menurut WHO, kusta menular Melewati droplet atau percikan air liur Bersama hidung dan mulut pengidap kusta yang belum diobati, mengandung bakteri Mycobacterium leprae. Penularan ini terjadi Setelahnya kontak Didekat dan berkepanjangan, misalnya tinggal serumah atau Keterlibatan intens Di waktu lama.
WHO menegaskan, kusta tidak menyebar Melewati kontak kasual, seperti:
- berjabat tangan,
- berpelukan,
- makan bersama,
- duduk berdekatan,
- atau menggunakan transportasi umum.
Hal yang juga penting dipahami, pasien berhenti menularkan Gangguan Setelahnya pertama kali meminum Terapi.
Bagaimana Kusta Didiagnosis?
Diagnosis kusta umumnya dilakukan secara klinis, berdasarkan pemeriksaan Praktisi Medis. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan Ke Peristiwa Pidana-Peristiwa Pidana tertentu yang sulit ditegakkan.
WHO menyebut, kusta biasanya ditandai Bersama kelainan kulit dan gangguan saraf tepi. Diagnosis ditegakkan bila ditemukan setidaknya satu Bersama tanda berikut:
Hilangnya rasa Ke bercak kulit berwarna pucat atau kemerahan,
Saraf tepi menebal atau membesar, disertai gangguan rasa atau kelemahan otot,
Ditemukannya basil kusta Ke pemeriksaan apus kulit (slit-skin smear).
Sebagai keperluan terapi, WHO mengelompokkan kusta menjadi dua jenis:
Paucibacillary (PB):
Kusta Bersama 1 hingga 5 lesi kulit, tanpa bakteri terdeteksi Ke apus kulit.
Multibacillary (MB):
Kusta Bersama lebih Bersama 5 lesi kulit, atau disertai keterlibatan saraf, atau bakteri terdeteksi, terlepas Bersama jumlah lesi.
Terapi Kusta: Bisa Sembuh Total
WHO menegaskan, kusta adalah Gangguan yang dapat disembuhkan. Terapi standar menggunakan multi-drug therapy (MDT) yang terdiri Bersama:
- dapsone,
- rifampisin,
- clofazimine.
Durasi Terapi:
6 bulan Sebagai Peristiwa Pidana PB,
12 bulan Sebagai Peristiwa Pidana MB.
MDT bekerja membunuh bakteri penyebab kusta dan menyembuhkan pasien. Diagnosis dini dan Terapi cepat sangat penting Sebagai mencegah kecacatan.
WHO juga memastikan, Terapi kusta tersedia gratis Di berbagai Bangsa, termasuk Indonesia.
Bagaimana Mencegahnya?
Meski Terapi efektif, WHO menilai bahwa penemuan dan Terapi Peristiwa Pidana saja belum cukup Sebagai memutus rantai penularan sepenuhnya.
Lantaran itu, WHO merekomendasikan:
- Pelacakan kontak dan deteksi dini anggota keluarga, tetangga, dan kontak sosial,
- Pemberian rifampisin dosis tunggal sebagai Upaya Mencegah pasca-pajanan (single-dose rifampicin atau SDR-PEP) Ke kontak yang memenuhi syarat.
- Langkah ini terbukti dapat menurunkan risiko penularan Ke orang-orang yang Memperoleh kontak Didekat Bersama pasien.
WHO juga menekankan pentingnya menghapus stigma dan diskriminasi Di pengidap kusta. Stigma justru membuat pasien enggan berobat, Supaya memperlambat penemuan Peristiwa Pidana dan Meningkatkan risiko komplikasi.
Kusta bukan kutukan, bukan Gangguan turunan, dan bukan aib. Bersama Terapi yang tepat dan tuntas, pasien bisa sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasa.
(naf/naf)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Benarkah Kusta Mudah Menular dan Bagaimana Mencegahnya? Simak Panduan Ini









