loading…
Senior Advisor Center of Human Economic Development Institut Ilmu Pengetahuan dan Usaha Ahmad Dahlan Jakarta (CHED ITB-AD) Mukhaer Pakkanna. FOTO/dok.SINDOnews
Anak-anak Di bawah usia 17 tahun adalah generasi yang Akansegera menentukan masa Di Indonesia. Menurut Mukhaer Pakkanna, Senior Advisor Center of Human Economic Development Institut Ilmu Pengetahuan dan Usaha Ahmad Dahlan Jakarta (CHED ITB-AD), mereka adalah salah satu penerus bonus demografi yang memerlukan perlindungan Bagi menjamin Perkembangan dan perkembangan optimal.
“Salah satu ancaman terbesar Bagi Perkembangan anak adalah kebiasaan merokok, yang tidak hanya memperburuk Kesejajaran tetapi juga memicu stunting,” ujar Mukhaer Untuk keterangan tertulis, Rabu (24/7/2024).
Mengkonfirmasi Kajian PKJS UI, balita yang tinggal Bersama orang tua perokok Memiliki berat badan 1,5 kg lebih rendah dibandingkan balita yang tinggal Bersama orang tua bukan perokok. Disekitar 5,5% balita yang tinggal Bersama orang tua perokok berisiko lebih tinggi Merasakan stunting.
Menurut WHO, angka stunting Di Indonesia masih tinggi, melebihi 20%. Stunting dapat menurunkan tingkat kecerdasan Di bawah 70, Bersama 40 persen anak yang berisiko Memiliki IQ Ditengah 71-90.
“Orang tua tentu tidak ingin anaknya merokok. Anak-anak harus dijauhkan Bersama media sosial yang mempromosikan rokok. Media sosial sangat berpengaruh Untuk Memikat minat anak Bagi mencoba rokok,” kata Mukhaer.
Data Bersama Tobacco Enforcement & Reporting Movement (TERM) 2023 Menunjukkan lebih Bersama dua pertiga pemasaran produk tembakau diunggah Di Instagram (68%), Facebook (16%), dan X (14%). Industri tembakau juga memanfaatkan Perayaan Seni Bunyi dan Aktivitasfisik Bagi Memikat perhatian anak muda.
Harga rokok Di Indonesia termasuk yang termurah Di dunia. Indonesia dan Timor Leste mencatat jumlah pria perokok Di atas 15 tahun tertinggi. Survei Sosial Ekonomi BPS (2021) Menunjukkan bahwa alokasi belanja rokok Kelompok melebihi belanja beras. Rokok masih menjadi konsumsi utama Kelompok Indonesia. Berdasarkan data Kesenjangan Ekonomi BPS, kontribusi rokok kretek filter Di garis Kesenjangan Ekonomi Di kota sebesar 11,10 persen dan Di desa sebesar 10,48 persen.
“Data ini Menunjukkan bahwa banyak orang miskin yang mengonsumsi rokok. Akan Tetapi, bukan berarti orang kaya tidak merokok, tetapi Bagi mereka pengeluaran rokok relatif kecil dibandingkan Barang Dagangan mewah lainnya,” tambah Mukhaer.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Rokok Menerpedo Hari Anak Nasional